PENERAPAN KAIDAH EJAAN
BAHASA INDONESIA
Pertemuan 4 dan 5
Penguasaan seseorang dalam menerapkan
kaidah ejaan dalam tata tulis sangat penting. Kesalahan ejaan dapat menimbulkan
kesalahan persepsi pembaca terhadap gagasan yang dikemukakan oleh penulis. Oleh
karena itu, pada tulisan ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan
kaidah ejaan yaitu: (1) pemenggalan kata, (2) pemakaian huruf kapital dan huruf
miring, (3) penulisan kata, (4) pemakaian tanda baca, dan (5) penulisan unsur
serapan, (6) contoh model pembelajarannya.
1. Pemenggalan Kata
1.1 Pemenggalan kata
dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika
di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-at ru-ang ku-li-ah
b. Jika
berbentuk diftong, pemenggalannya tidak pernah
dipisahkan. Misalnya:
au-la sau-da- ra am-boi
c.
Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk
gabungan huruf konsonan, di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya:
ba-pak ba-rang mu-ta-khir
d.
Jika di tengah kata ada dua huruf
konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilaku-
kan di antara dua
konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah dipisahkan. Misalnya:
man-di swas-ta Ap-ril
e.
Jika di tengah kata ada tiga buah
huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yan kedua.
Misalya:
in-stru-men ul-tra bang-krut
1.2 Imbuhan akhiran dan
imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan
kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian
baris.
Misalnya:
main-an mem-buat-kan buang-lah
1.3 Bentuk
dasar pada kata turunan sedapat mungkin tidak dipenggal jika pergantian baris.
Misalnya:
pergi-lah bukan per-gi-lah
me-rasa-kan bukan me-ra-sa-kan
1.4 Akhiran
–i tidak dipenggal jika pergantian baris. Misalnya:
cintai bukan cinta-i
tulisi bukan tulis-i
1.5 Jika
suatu
kata terdiri atas lebih dari satu
unsur dan salah satu unsur itu dapat ber- gabung dengan unsur lain, pemenggalan itu dapat dilakukan (1)
di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu.
Misalnya:
bio-grafi atau bi-o-gra-fi
intro-speksi atau in-tro-spek-si
2.
Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
2.1.
Huruf Kapital
1)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang belajar ketika
kami datang.
Semangat juang orang Aceh perlu diteladani oleh semua orang.
2) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung. Misalnya:
Naja bertanya, ―Kapan mereka datang?‖
―Besok pagi,‖ kata Akbar, ―dia akan berangkat‖.
3) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan, kitab suci, dan agama.
Misalnya:
Bimbinglah hamba-Mu, ya Allah, ke jalan yang Engkau beri rahmat. Mayoritas penduduk
Indonesia memeluk agama Islam.
4) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Puteri bungsu Haji
Abdurahaman sudah naik haji tahun
lalu.
Semua penduduk di sini sangat menghormati
Sultan Hamengkubuwono X.
5)
Huruf kapital dipakai sebagai pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat.
Misalnya:
Selain wakil presiden, Menteri Pendidikan Nasional juga hadir di kota kita. Semua
profesor hadir pada Dies Natalis kecuali Profesor Nasrudin Hoja.
6) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:
Zahra
Aristya Nurazizan berambut keriting. Naja sangat mengagumi Cut Nyak
Din.
7) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Sebagai bangsa Indonesia,
kita harus menghargai bahasa Indonesia.
Banyak pria Aceh yang menikahi gadis suku Sunda.
8) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
Kami selalu pulang kampung pada hari Lebaran.
Setiap hari Jumat kami mengadakan pengajian di
mesjid itu.
9) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Nama garam inggris sebenarnya tidak berkaitan dengan negara Inggris. Kami tinggal di Jalan
Diponegoro ini sejak tahun 1980.
10) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti kata dan.
Misalnya:
Mahasiswa pernah menguasai gedung Majelis
Permusyawaratan Rakyat pada tahun 1998.
Departemen
Pendidikan Nasional semula bernama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
11) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Mereka sedang menyusun Rancangan Undang-Undang Kepegawaian. Semua anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa harus menaati peratutan yang
sudah disepakati.
12) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata depan atau konjungsi.
Misalnya:
Dia belum
berlangganan jurnal Masyarakat Linguistik
Indonesia. Saya sedang menulis makalah‖Asas-Asas
Kurikulum”.
13) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkata nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Tamu yang datang itu Ibu Dr. Andina Sehati, M.A. Ayahnya bernama Prof.
Dr. Sukmadilara.
14) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
―Silakan Bapak dan Ibu
masuk!‖ kata pelayan rumah itu dengan
ramah. Para ibu menengok Ibu Akbar di RSU kemarin sore.
15) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:
Siapa nama orang tua Anda?
Silakan Anda
duduk di kursi yang di sebelah kiri.
2.2.
Huruf Miring
1) Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Kami
berlangganan Media Indonesia sejak
setahun yang lalu. Setiap pagi dia sarapan berita-berita dari Kompas.
2) Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama yang dia tulis ialah c.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
3) Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama
ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana.
Politik
adu domba atau devide et impera pernah
diterapkan penjajah di negera kita ini.
3.
Penulisan Kata
3.1
Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
Gadis Aceh itu sangat cantik. Badan Agung tinggi besar.
3.2 Kata Turunan
1)
Imbuhan ditulis serangkai dengan
kata dasarnya. Misalnya:
Hatinya bergetar ketika mendengar suara gadis itu. Jangan pernah mempermainkan hatinya lagi!
2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,
awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
Anak-anak bertepuk tangan ketika badut itu datang.
Jangan sebar luaskan berita buruk ini
ya!
3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Mereka mempertanggungjawabkan semua kesalahan
yang telah diperbuat. Berita kepindahanku ke instansi lain sudah disebarluaskan oleh dia.
4) Jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Bus
antarkota selalu menaikkan tarifnya
jika menjelang hari Lebaran. Kegiatan ekstrakurikuler
yang dia ikuti adalah olahraga bola
basket.
5) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital,
di antara kedua unsur itu ditulis tanda hubung
(-).
Misalnya:
Warga negara non-Indonesia dipersilakan masuk melalui pintu biru.
Bangsa-bangsa pan-Asia
harus bersatu menolak berbagai bentuk penjajahan.
6) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan
kata
dasar, gabungan kata itu ditulis terpisah. Misalnya:
Kita
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan
Yang Maha Pengasih selalu melindungi
kita semua.
3.3 Bentuk Ulang
Bentuk
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya:
Anak-anak itu sedang belajar
berhitung.
Kami
ingin berjalan-jalan di bumi Aceh sepuas-puasnya.
3.4 Gabungan Kata
1) Gabungan
kata yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur- unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
Kalau ada kesempatan, aku ingin menjadi seorang duta besar. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu!
2)
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
Kakek itu
sedang mengggunakan mesin-hitung tangan.
Dia mengundang banyak orang-tua muda
ke pestanya.
3.5
Kata Ganti ku,
kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan
nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Semua
yang kumiliki adalah milikmu juga.
Kudatangi rumahnya kemarin sore.
3.6 Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan
dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada.
Misalnya:
Kami
akan segera berangkat ke Nangroe Aceh
Darusalam. Di mana Naja tinggal sekarang?
3.7 Kata si dan sang
Kata
si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang
Kancil. Surat itu dikembalikan kepada si
pengirim.
3.8 Partikel
1)
Partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Masuklah dengan hati-hati ke
kamar pasien!
Apakah Anda tahu perbedaan telur angsa dan
telur bebek?
2)
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya:
Jika saya pergi ke luar, Zahra pun
ingin pergi ke luar.
3) Kelompok
yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, bagaimanapun, walaupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun ditulis serangkai.
Walaupun sakit, Yara tetap
berangkat ke sekolah.
Sekalipun kaya, belum pernah sekali pun ia bederma.
4) Partikel per yang berarti
‗mulai‘, ‗demi‘, dan ‗tiap‘ ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Masuklah ke ruangan sidang itu satu per
satu. Harga baju itu Rp100.000,00 per
helai.
3.9 Singkatan dan Akronim
1) Singkatan ialah
bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a) Singkatan
nama orang , nama gelar, sapaan,
jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
Pengarang
novel Pada Sebuah Kapal adalah N.H.
Dini.
Kami mengundang Siti Sunarti, S.Kar. sebagai pembicara pada
seminar nanti.
b) Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
KTP Kartu Tanda Penduduk DPR Dewan Perwakilan Rakyat
c) Singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dst. dan seterusnya hlm. halaman
tetapi:
a.n. atas nama
u.p. untuk perhatian
d) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,
takaran , timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
kg kilogram
Rp(5.000,00)
(lima ribu) rupiah
2)
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf
awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
a) Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis se-
luruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM Surat Izin Mengemudi
b) Akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Dipenda Dinas
Pendapatan Daerah
c) Akronim
yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata ataupun
gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
tilang bukti pelanggaran
3.10 Angka
dan
Lambang Bilangan
Angka dan lambang
bilangan dipakai untuk menyatakan:
1) nomor: 0 s.d 9, I,II,III,dll.
2) ukuran, satuan
waktu, nilai uang: 5 kg, 17 Agustus 1945, 1 jam
20 menit
3) nomor jalan atau
rumah pada alamat: Jalan Moh. Ramdan No. 15
4) nomor bab atau ayat
kitab suci: Bab X , Pasal 5, Halaman 21
5) lambang bilangan
dengan huruf: dua ratus dua puluh dua (222)
6) lambang bilangan
tingkat: abad ke-20 atau abad XX
7) lambang bilangan
yang mendapat akhiran –an: tahun ‘90-an
8) lambang
bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali dipakai berturut-turut:
Dia sudah tiga kali bertandang ke rumah saya.
Di antara 100 orang
yang hadir, 60 orang setuju dan 40 orang tidak setuju.
9) lambang bilangan
pada awal kalimat:
Seratus dua puluh
orang selamat pada kecelakaan pesawat itu.
10) lambang bilangan
utuh yang besar: 250 juta rupiah.
4. Pemakaian Tanda Baca
4.1
Tanda Titik (.)
Tanda titik
dipakai pada:
1) akhir
kalimat
Biarlah saya saja
yang datang ke rumahnya.
2) di belakang angka
atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar
II.
Media Pembelajaran
Bahasa
A. Media Grafis
B.
Media Audio
C.
Media Audio Visual
3)
memisahkan angka jam, menit, dan detik atau menunjukkan
jangka waktu pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit
20 detik)
1.35.20 ( 1 jam, 35
menit, 20 detik)
4) daftar pustaka
Djajasudarma, Fatimah T. 2006. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama.
5)
memisahkan bilangan
ribuan
Desa itu berpenduduk 30.200 orang.
6) tidak
dipakai pada bilangan yang tidak menyatakan jumlah, judul, dan alamat surat.
4.2 Tanda
Koma (,) Tanda koma dipakai:
1) di antara
unsur-unsur dalam rincian atau pembilangan
Saya
memasak sayur lodeh, ayam goreng, dan tempe bacem. Satu, dua, … tiga!
2) memisahkan klausa
yang menggunakan tetapi atau melainkan
Azizan ingin datang, tetapi giginya sakit.
3)
memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat Kalau hari hujan, Aulia tidak akan datang.
4) sesudah oleh karena itu, jadi, lagi pula, dan akan tetapi
Oleh karena itu, kita harus belajar dengan
rajin.
5) sesudah kata seru
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
O, begitu?
6) kalimat langsung
Kata Naja, ―Aku gembira sekali hari ini.‖
7)
bagian-bagian dari alamat atau tempat yang berurutan
Sdr. Fahrieza Akbar Muhammad, Jalan
Setiabudi 196, Bandung
8)
daftar pustaka
Djajasudarma, Fatimah T. 2006. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama.
9)
di antara nama orang dan gelar akademik Fahrieza Akbar Muhammad, Ph.D.
10) untuk mengapit keterangan tambahan
Teman saya, Akbar, pintar dan baik sekali.
4.3 Tanda
Titik Koma (;) Tanda titik koma dipakai:
1)
untuk memisahkan bagian kalimat yang setara Malam semakin larut, pekerjaan
masih banyak.
2) sebagai pengganti
kata penghubung
Yara membaca buku; Naja menggambar; Akbar
mencoret-coret dinding.
4.4 Tanda
Titik Dua (:) Tanda titik dua dipakai:
1) untuk pemerian
Untuk memasak sup, kita memerlukan: sayuran, daging, dan
bumbu- bumbu.
2)
pada teks drama
Santi: (memandang ke arah jendela) ―Harus ke mana aku sekarang Setelah
keluargaku mengusirku?‖
Dion: Jangan khawatir, kamu bisa tinggal di rumahku.
3) di
antara jilid atau nomor halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, di
antara judul dan anak judul, nama kota dan
penerbit buku acuan pada karangan
Surah Yasin: 9
Buku Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur sudah
saya baca.
4.5 Tanda
Hubung (-) Tanda hubung dipakai:
1)
menyambung suku kata kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris
.
2) menyambung kata
dengan imbuhan pada pergantian baris
3)
menyambung unsur-unsur kata ulang: anak-anak,
malam-malam, berlari-lari
4)
menyambung huruf yang dieja
satu-satu atau bagian-bagian tanggal
m-a-r-d-i-a-h
5-7-2007
5)
memperjelas hubungan bagian-bagian kata ber-evolusi
dua-puluh-lima-ribuan (1x25.000)
6)
merangkai se- dengan kata yang dimulai
huruf kapital, ke- dengan angka,
angka dengan –an, singkatan berhuruf
kapital, dan nama jabatan rangkap
se-Indonesia di-PHK-kan
hari-H Menteri-Sekretaris Negara
7) merangkai
unsur bahasa Indonesia dan bahasa asing
di-smash men-judge
4.6 Tanda
Pisah (—) Tanda pisah dipakai:
1) membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi
penjelasan Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) keterangan aposisi
Teman saya—gadis yang berbaju merah itu—baru pertama kali datang ke
sini.
3)
berarti ‗sampai dengan‘ atau ‗sampai ke‘ 2000—2010
Bandung—Jakarta
4.7 Tanda
Elipsis (…) Tanda ellipsis dipakai:
1) dalam kalimat yang terputus-putus
Kalau begitu … ya,
marilah kita berangkat sekarang.
2) menunjukkan ada
bagian yang dihilangkan
Sebab-sebab
kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
4.8 Tanda
Tanya (?) Tanda tanya dipakai:
1)
pada akhir kalimat tanya
Siapa yang tidak hadir hari ini?
2)
di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
Dia berasal dari Lhokseumawe (?).
4.9 Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai pada ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi
yang kuat.
Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamarmu segera!
Merdeka!
4.10 Tanda
Kurung Siku ( […] ) Tanda kurung siku dipakai:
1)
mengapit huruf,
kata, atau kelompok kata sebagai koreksi pada tulisan orang lain
Sang Dewi men[d]engar bunyi gemericik.
2)
mengapit keterangan yang sudah
bertanda kurung
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 45] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
4.11 Tanda Petik (―…‖) Tanda petik dipakai untuk:
1)
mengapit petikan langsung yang
berasal dari tulisan lain
Pasal 36 UUD
1945 berbunyi,‖ Bahasa
negara ialah bahasa
Indonesia.‖ Kata Tita, ―Saya akan datang terlambat nanti malam.‖
2)
mengapit judul
syair, karangan, atau bab buku dalam kalimat Sajak ―Berdiri Aku‖ terdapat pada halaman 5 buku itu.
Bacalah ―Bola Lampu‖ dalam buku Dari
Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3)
mengapit istilah
ilmiah yang kurang dikenal atau mempunyai arti
khusus Celana panjang model ―cutbray‖ kembali populer sekarang ini.
4)
mengapit ungkapan dengan arti khusus
Akbar sering disebut ―Si Jangkung‖ karena postur tubuhnya itu.
4.12 Tanda
Petik Tunggal (‗…‘) Tanda petik tunggal dipakai:
1)
mengapit petikan dalam petikan
―Kamu dengar bunyi ‗kring-kring‘ barusan?‖ tanya Beti.
2) mengapit
makna,
terjemahan, penjelasan kata atau ungkapan asing
feed back ‘balikan‘
4.13 Tanda
Garis Miring ( / ) Tanda garis miring dipakai:
1) nomor
surat, nomor alamat.dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin
No. 15/PP/2007
Jalan Setrabudi II/11
tahun akademik
2007/2008
2) pengganti kata ―atau‘‖ dan ―tiap‖
Paket
ini akan dikirim lewat darat/laut? Harga buku itu Rp25.000,00/eksemplar.
4.14 Tanda Penyingkat
atau Apostrof (‗)
Tanda
penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Adinda ‗kan pulang bulan ini ke Indonesia. (‗kan
= akan) Malam ‗lah larut
ketika dia datang. (‗lah = telah)
Tepat
1 Juli ‘07 anak kami berusia 1 tahun.
5.
Penulisan Unsur Serapan
Kaidah ejaan yang berlaku untuk unsur
serapan adalah sebagai berikut ini.
1) aa menjadi a:
|
octaaf
|
oktaf
|
2) ae tetap ae jika tidak bervariasi
dengan e:
|
aerodinamics
|
aerodinamika
|
3) ai tetap ai:
|
trailer
|
trailer
|
4) au tetap au:
|
hydraulic
|
hidraulik
|
5) c di
muka a,u,o dan konsonan menjadi k:
|
cubic
|
kubik
|
6) c di
muka e,i, oe, y menjadi s:
|
central
|
sentral
|
7) cc di muka o,u, konsonan
menjadi k:
|
accomodation
|
akomodasi
|
8) cc di muka e,i menjadi ks:
|
accent
|
aksen
|
9)
cch, ch di muka a,o,
konsonan menjadi k:
10) ch yang lafalnya s,sy menjadi s:
11)
ch yang lafalnya c menjdi c:
|
saccharin charisma echelon machine
chek
|
sakarin karisma eselon mesin
cek
|
12) e tetap e:
|
effect
|
efek
|
13) ea tetap ea:
|
idealist
|
idealis
|
14) ee menjadi e:
|
systeem
|
sistem
|
15) eo tetap eo:
|
geometry
|
geometri
|
16) f tetap f:
|
fanatic
|
fanatic
|
17) ie jika lafalnya i menjadi i:
|
politiek
|
politik
|
18) ie tetap ie jika lafalnya bukan i:
|
patient
|
pasien
|
19) oo menjadi o:
|
komfoor
|
kompor
|
20) ou jika lafalnya u:
|
gouverneur
|
gubernur
|
21) ph menjadi f:
|
phase
|
fase
|
22) ps tetap ps:
|
psychiatry
|
psikiatri
|
23) q menjadi k:
|
aquarium
|
akuarium
|
24) rh menjadi
r:
|
rhytm
|
ritme
|
25) sc di muka e,I, y menjadi s:
|
scenography
|
senografi
|
26) t di muka i menjadi s jika lafalnya s:
|
ratio
|
rasio
|
27) th menjadi t:
|
methode
|
metode
|
28) u tetap u:
|
unit
|
unit
|
29) ua tetap ua:
|
aquarium
|
akuarium
|
30) uu menjadi u:
|
vacuum
|
vakum
|
31) v tetap v:
|
television
|
televise
|
32) xc di muka a, o, u, konsonan menjadi ksk:
|
exclusive
|
eksklusif
|
33) xc di muka e,I menjadi ks:
|
exception
|
eksepsi
|
34) y menjadi i jika lafalnya i:
|
psychology
|
psikologi
|
35) z tetap z:
|
zodiac
|
zodiac
|
36) –aat menjadi –at:
|
advokaat
|
advokat
|
37) –age menjadi –ase:
|
elatage
|
etalase
|
38) –al, -eel, -aal menjadi –al:
39)-archy, -archie menjadi –arki:
|
formal,
formeel
normal, normaal anarchy, anarchie
|
formal
normal anarki
|
40) –ary, -air menjadi –er:
|
primary, primair
|
primer
|
41) –(a)tion, -(a)tie menjadi
–asi, -si:
|
action, actie
|
aksi
|
42) –ic, -ics, -ique,-iek, -ica menjadi –ik, -ika
43)
–ic, -isch menjadi –ik:
|
logic, logica physics, physica technique, techniek
mechanics,
|
logika fisika teknik
mekanik
|
44) –ical menjadi –is:
|
mecanisch practical
|
praktis
|
45) –ism menjadi –isme:
|
communism
|
komunisme
|
46) –ive menjadi –if:
|
descriptive
|
deskriptif
|
47) –logue menjadi –log:
|
dialogue
|
dialog
|
48) –logy menjadi –logi:
|
technology
|
teknologi
|
49) –loog menjadi –log:
|
analoog
|
analog
|
50) –oir(e) menjadi –oar:
|
trotoir
|
trotoar
|
51) –or menjadi –ur, -ir
|
inspector
|
inspektur
|
52) –or tetap –or:
|
dictator
|
dictator
|
53) –ty menjadi –tas
|
university
|
universitas
|
54) –ure menjadi –ur:
|
structure
|
struktur
|
PUSTAKA RUJUKAN
Pusat pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 2005. Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Cet.VII. Bandung: CV Pustaka Setia.